Cerita Dewasa Kamu Jadi Pemuasku
Cerita Dewasa Kamu Jadi Pemuasku

Aku bekerja sebagai karyawati staff accounting pada sebuah toserba
yang cukup besar dikotaku. Sehingga aku banyak mengenal banyak relasi
dari para pekerja perusahaan lain yang memasok barang ketempatku
bekerja. Aku juga menjadi instruktur senam BL ditempat aku fitness.
Disinilah kisah yang akan kisah indah aku dan Tiyo pertama kali terjadi.
Sebagai seorang istri, aku merupakan seorang wanita setia pada suami.
Aku berprinsip, tidak ada laki-laki lain yang menyentuh hati dan
tubuhku, kecuali suami yang sangat kucintai. Dan sebelum kisah ini
terjadi, aku memang selalu dapat menjaga kesetiaanku. Jangankan
disentuh, tertarik dengan lelaki lain merupakan pantangan buatku.
Tetapi begitulah, beberapa bulan terakhir suamiku kurang dapat
memuaskanku diatas ranjang. Kalaupun bisa, dia pasti kelelahan dan
langsung istirahat. Mungkin karna usia kami yang terpaut 14 tahun, mau
tak mau aku cuma bisa memainkan jari sambil membayangkan suamiku sedang
memasukkan batang kejantanannya ke vaginaku. Tapi tak senikmat
kenyataan.
Sampai akhirnya datang seorang mahasiswa yang ingin PI (Praktek
Industri) ditempatku. Dan aku ditunjuk sebagai pembimbing mahasiswa
tersebut oleh bosku. Mahasiswa itu memperkenalkan dirinya bernama Tiyo.
Kuperhatikan dia dari atas sampai bawah, cukup lumayan penampilannya.
Tiyo berbadan tinggi besar dan atletis, tingginya sekitar 178 cm.
Sungguh aku tidak mempunyai pikiran atau perasaan tertarik padanya.
Pada awalnya hubungan kami biasa-biasa saja, bahkan cendrung agak
kaku. Namun begitu, Tiyo selalu bersikap baik padaku. Kuakui pula, ia
pemuda yang simpatik. Ia sangat pandai mengambil hati orang. Sehingga
lama-kelamaan kekakuannya berkurang dan kami berdua menjadi akrab.
Bahkan aku sering meminta Tiyo membantuku lembur dikantor. Dan jika
begitu biasanya aku bercerita tentang kehidupan rumah tanggaku.
Sampai-sampai urusan diatas tempat tidur kuceritakan padanya. Karna Tiyo
sangat pandai memancing.
Hingga suatu ketika, setelah sebulan Ia PI dikantorku. Sewaktu aku
sedang lembur menghitung keuangan bulanan perusahaan, Tiyo datang
menghampiriku.
” Misi Bu, bisa ganggu gak? ” Tegur Tiyo sopan.
” Ya ada apa Tiyo? ” Jawabku.
” Ini.. ada beberapa yang saya gak ngerti bisa dijelaskan gak Bu? ” Tiyo bertanya lagi.
” Ooh bisa.. mana yang kamunya kurang paham ” aku menjawab lalu menyuruhnya untuk duduk disampingku disofa.
Lalu aku memberikan penjelasan panjang lebar kepadanya. Katanya sih
bahan yang dia minta penjelasan dariku itu akan dimasukkan dalam bahan
laporannya.
” Bu, saya mo ngasih hadiah ulang tahun, Bu atika mau nerima gak? ” Tanyanya tiba-tiba.
” Boleh, syaratnya hadiahnya harus banyak ya” Jawabku bergurau.
” Saya juga punya syarat Bu, hadiah ini akan saya berikan kalo Bu Atika mau memejamkan mata. Mau gak? ” Tanyanya lagi.
” Serius nih? Oke kalo cuma itu syaratnya Ibu mau ” Kataku sambil memejamkan mata.
” Awas jangan buka mata sampai saya memberikan aba-aba..! ” Kata Tiyo lagi.
Sambil terpejam aku penasaran dengan hadiah apa yang akan
diberikannya. tetapi, ya ampun, pada saat mataku terpejam, tiba-tiba aku
merasakan ada benda yang lunak menyentuh bibirku. Tidak hanya
menyentuh, benda itu juga melumat bibirku dengan halus.
Aku langsung tahu, Tiyo tengah menciumku. Maka aku langsung membuka
mata, wajah Tiyo sangat dekat dengan wajahku dan tangannya merangkul
pinggangku. Tetapi anehnya, setelah itu aku tidak berusaha mengindar.
Untuk beberapa lama, Tiyo masih melumat bibirku. Kalo mau jujur aku
juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara refleks aku juga
membalas melumat bibir Tiyo.
Sampai kemudian aku tersadar, lalu ku
dorong dada Tiyo hingga ia terjengkang kebelakang.
” Tiyo seharusnya ini gak boleh terjadi ” Kataku dengan nada bergetar menahanrasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku.
” Maaf Bu Atika, mungkin saya terlalu nekat. Seharusnya saya sadar
Ibu sudah bersuami. Tapi inilah kenyataannya, Aku sayang sama Bu Atika”
Ujarnya lirih sambil meninggalkanku.
Seketika itu aku merasa sangat menyesal, aku merasa telah
mengkhianati suamiku. Tapi uniknya peristiwa seperti masih terulang
beberapa kali. Beberapa kali jika Tiyo konsultasi denganku, ia selalu
memberikan “hadiah” seperti itu.
Tentu itu dilakukannya jiak tak ada orang yang melihat. Meskipun pada
akhirnya aku menolaknya, tapi anehnya, aku tidak pernah marah dengan
perbuatan Tiyo itu.
Entahlah, aku sendiri bingung. Aku tidak tahu, apakah ini dikarnakan
permasalahanku dengan suami diatas ranjang sehingga menerima begitu saja
semua perbuatannya padaku. Ataukah aku telah jatuh cinta pada pada
Tiyo, pemuda yang usianya jauh berbeda namun sangat menarik perhatianku.
Sekali lagi, aku tidak tahu. bahkan dari hari kehari, aku semakin dekat
dan akrab dengan Tiyo.
Hingga pada hari terakhir prakteknya, Tiyo mengajakku jalan-jalan.
Awalnya aku menolaknya, aku khawatir kalau kedekatanku dengannya menjadi
penyebab perselingkuahan yang sebenarnya. Dengan alasan bahwa itu hari
terakhir praktek, Tiyo terus mendesakku. Akhirnya aku menyetujuinya.Tapi
aku memintanya hari minggu. Dengan syarat tidak boleh ada orang kantor
yang mengetahuinya.
Begitulah, pada hari Minggu, aku dan Tiyo akhirnya berangkat
jalan-jalan. Agar suamiku tidak curiga, aku katakan padanya aku pergi
ketempat seorang kawan untuk menyelesaikan lemburan kantor. Ikut juga
teman kuliah Tiyo bersama pacarnya.
Awalnya aku protes, setelah dijelaskan panjang lebar akhirnya aku mau
ikut pergi juga. Oh ya, kami berempat menggunakan mobil milik kawan
Tiyo. Berempat kami jalan-jalan kesuatu lokawisata pegunungan yang cukup
jauh dari kotaku. Kami sengaja memilih tempat yang jauh dari kota, agar
tidak mengundang kecurigaan tetangga, keluarga dan terutama suamiku.
Setelah lebih satu jam kami berputar-putar disekitar lokasi wisata,
Tiyo dan kawannya mengajak istirahat disebuah losmen. Kawan Tiyo tadi
dan pacarnya menyewa satu kamar, dan kedua orang itu langsung hilang
dibalik pintu yang tertutup. Maklum keduanya baru dimabuk cinta. Aku dan
suamiku dulu waktu pacaran juga begitu, jadi aku maklum saja.
Tiyo menyewa juga satu kamar disebelahnya. Aku sebenarnya juga berniat menyewa kamar sendiri akan tetapi Tiyo melarangku.
” Ngapain boros-boros? kalau sekedar istirahat satu kamar saja. Tuh bed-nya ada dua ” Ujarnya.
Akhirnya aku mengalah, aku numpang dikamar yang disewa Tiyo. Walaupun sebenarnya aku merasa sangat tidak enak hati.
Kami mengobrol tertawa cekikikan membicarakan kawan Tiyo dan pacarnya
dikamar sebelah. Apalagi, kawan Tiyo dan pacarnya sengaja
mendesah-desah hingga kedengaran ditelinga kami. Sejujurnya aku
deg-degan juga mendengar desahan dari kamar sebelah yang mirip suara
orang terengah-engah itu.
Entah kenapa dadaku semakin berdegup kencang ketika aku mendengar
desahan itu dan membayangkan apa ayng sedang mereka lakukan dikamar
sebelah. Untuk beberapa saat, aku dan Tiyo diam terpaku.
Tiba-tiba Tiyo menarik tanganku sehingga aku terduduk dipangkuan Tiyo
yang saat itu sedang duduk ditepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa
dia langsung mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku
juga membiarkan ketika bibir dan kumis halus Tiyo menempel kebibirku
hingga beberapa saat.
Dadaku semakin berdegub kencang ketika kurasakan bibir halus Tiyo
melumat mulutku. Lidah Tiyo menelusup kecelah bibirku dan menggelitik
hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu darahku
seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding.
Namun tiba-tiba timbul kesadaranku. Kudorong dada Tiyo supaya ia melepaskan pelukannya padak diriku.
” Tiyo, jangan Tiyo, ini enggak pantas kita lakuakan..! ” kataku terbata-bata.
Tiyo memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yangm
kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggang rampaingku denagn erat.
Akujuga masih terduduk dipangkuannya.
” Memang nggak pantas Bu, toh Bu Tika gak puas sama suami Ibu. Aku akan muasin Ibu ” Ujar Tiyo yang terdengar seperti desahan.
Setelah itu Tiyo kembali mendaratkan ciuman. Ia menjilati dan
menciumi seluruh wajahku, lalu merambat keleher dan telingaku. Aku
memang pasif dan diam, namun perlahan tapi pasti nafsu birahi semakin
kuat menguasaiku.
Harus kuakui, Tiyo sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi
jilatan lidahnya keleherku benar-benar telah membuatku terbakar dalam
kenikmatan. Bahkan dengan suamiku sekalipun belum pernah aku merasakn
rangsangan sehebat ini.
Tiyo sendiri tampaknya juga mulai terangsang. Aku dapat merasakn
napasnya mulai terengah-engah. Sementara aku semakin tak kuat unruk
menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan
yang mulai membakar kesadaranku.
Setelah itu tiba-tiba tangan Tiyo yang kekar itu membuka kancing
bajuku. Tak ayal lagi, buah dadaku yang berwarna putih bersih itu
terbuka didepan Tiyo. Secara refleks aku masih coba berontak.
” Cukup Tiyo! Jangan sampai kesitu Ibu takut..” Kataku sambil meronta dari pelukannya.
” Takut dengan siapa Bu? Toh gak ada yang tahu, percaya sama Tiyo Bu.
Aku akan memuaskan Bu Tika ” Jawab Tiyo dengan napas memburu.
Seperti tidak perduli dengan protesku, Tiyo yang telah melepas
bajuku, kini ganti sibuk melepas BH-ku. Meskipun aku berusaha meronta,
namun tidak berguna sama sekali. Sebab tubuh Tiyo yang tegap dan kuat
itu mendekapku dengan sangat erat.
Kini, dipelukan Tiyo, buah dadaku terbuka tanpa tertutup sehelai
kainpun. Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan lengan didadaku,
tetapi dengan cepat tangan Tiyo memegangi lenganku dan merentangkannya.
Setelah itu Tiyo mengangkat dan merebahkan tubuhku ditempat tidur.
Tanpa membuang waktu, bibir Tiyo melumat salah satu buah dadaku
sementara salah satu tangannya juga langsung meremas-remas buah dadaku
yang lainnya. Bagaikan seekor singa buas ia menjilati dan meremas buah
dada yang kenyal dan putih ini.
Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan
mengerang karena kenikmatan yang mencengkeramku. Aku menggeliat-geliat
seperti cacing kepanasan karena rasa geliu dan nikmat ketika bibir dan
lidah Tiyo menjilat dan melumat puting susuku.
” Bu.. da.. dadamu putih dan in.. indah sekali. A.. aku makin nggak
ta.. tahan.. ,sayang.. , ” Kata Tiyo terputus-putus karna nafsu birahi
yang kian memuncak.
Kemudian Tiyo juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, ia
pandai sekali mengelitik buah dada hingga perutku. Sekali lagi aku hanya
mendesis-desis mendapat rangsangan yang menggelora itu. Kemudian tanpa
kuduga, Dengan cepat Tiyo melepas celana dan celana dalamku dalam sekali
tarikan. Lagi-lagi aku berusaha melawan, tetapi dengan tubuh besar dan
tenaga kuat kuat yang dimiliki Tiyo, dengan mudah ia menaklukkan
perlawananku.
Sekarang tubuhku yang ramping dan putih itu benar-benar telanjang
total dihadapan Tiyo. Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang
dihadapan laki-laki lain, kecuali dihadapn suamiku. Sebelumnya aku juga
tak pernah terpikir akan melakukan perbuatan seperti ini. Tetapi kini,
Tiyo berhasil memaksaku. Sementara aku seperti pasrah tanpa daya.
” Tiyo, untuk yang satu ini jangan Tiyo. Aku tidak ingin merusak
keutuhan perkawiananku..! ” Pintaku sambil meringkuk diatas tempat
tidur, untuk melindungi buah dada dan vaginaku yang kini tanpa penutup.
” Bu.. apa.. kamu.. nggak kasihan padaku sayang.. , aku sudah
terlanjur terbakar.. , aku nggak kuat lagi sayang, please aku.. mohon ”
Kata Tiyo masih dengan terbata-bata dan wajah yang memelas.
Entah karna tidak tega atau karena aku sendiri juga telah terlanjur
terbakar birahi, aku diam saja ketika Tiyo kembali menggarap tubuhku.
Bibir dan salah satu tangannya menggarap kedua buah dadaku, semenatar
tangan yanga satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku.
Mataku benar-benar merem-melek merasakan kenikamatan itu. Sementara napasku juga semakin terengah-engah.
Tiba-tiba Tiyo beranjak dan denagn cepat melepas semua pakaian yang
menempel ditubuhnya. Kini ia sama denganku, telanjang bulat-bulat. ya
ampun, aku tidak dpat percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar
denagn laki-laki yang bukan suamaiku, ohh.
Aku melihat tubuh Tiyo yang memang benar-benar atletis, besar dan
kekar terutama otot-otot perutnya. Ia lebih tinggi dan lebih besar
dibandingkan dengan suamiku yang berperawakan sedag-sedang saja.
Tetapi yang membuat dadaku berdegub lebih keras adalah benda
diselangkangan Tiyo. Benda yang besarnya hampir sama denagn lenganku itu
berwarna coklat muda dan kinin tegak mengacung.
Panjangnya kutaksir tidak kurang dari 22 cm, atau hampir dua kali
lipat dibanding milik suamiku, sementara besarnya sekitar 3 sampai 4
kali lipatnya. Sungguh aku tak percaya, laki-laki semuda Tiyo memiliki
penis sebesar dan sepanjang ini. Perasaanku bercampur baur antara ngeri,
gemes dan penasaran.
Kini tubuh telanjang Tiyo mendekapku. Darahku seperti terkesiap
ketika merasakan dada bidang Tiyo menempel erat dadaku. Ada sensasi
hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku.
Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki lain selain suamiku.
Ia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak
kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin kenyal. Sekali lagi,
sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini.
Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik
lubang vaginaku. Ternyata Tiyo nekat memasukkan jari tangannya kecelah
vaginaku.Ia memutar-mutar telunjuknya didalam lubang vaginaku
Sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan
yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara
refleks aku memutar-muatarkan pantatku. Toh, aku masih berusaha
menolaknya.
” Tiyo, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup diluaran saja..! ” Pintaku.
Tetapi lagi-lagi Tiyo tidak menggubrisku. Selanjutnya ia menelusupkan
kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya melumat habis
vaginaku. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi
menahan kenimatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Tiyo yang
masih terengah-engah di selangkanganku. Kini aku telah benar-benar
tenggelam dalam birahi.
Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba,
Tiyo melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Ia mengocok-ngok
batang penisnya yang berukuran luar biasa tersebut.
” Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek
nih. Sekaran ganti Bu Atika dong yang aktif..! ” Kata Tiyo denagn manja.
” Ibu nggak bisa Tiyo, lagian Ibu masih takut..! ” Jawabku dengan malu-malu.
” oke kalo gitu pegang aja iniku, please, kumohon sayang..” Ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku.
Dengan malu-malu kupegang batang yang besar dan berotot itu.
Lagi-lagi berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai
memegang penis Tiyo. Sejenak aku sempat membayangkan bagaimana nikmatnya
jiak penis yang besar dan keras itu dimasukkan kelubang vagina
perempuan, apalagi jika perempuan itu aku.
” Besaran mana sama milik suami Ibu..? ” Goda Tiyo.
Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui, penis Tiyo jauh
lebih panjang dan lebih besar dibandingkan milik suamiku. Padahal usia
Tiyo jauh lebih muda.
” Diapakan nih Tiyo..? Sumpah Ibu gak bisa apa-apa ” Kataku berbohong sambil memegang penis Tiyo.
” Oke, biar gampang, dikocok aja sayang. Bisakan..? ” Jawab Tiyo dengan lembut.
Dengan dada berdegub kencang, kukocok perlahan-lahan penis yang besar
milik Tiyo. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok buah zakar
Tiyo yang sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup
memegangnya.
Aku berharap dengan kukocok penisnya, sperma Tiyo cepat muncrat,
sehingga ia tidak berbuat lebih jauh kepada diriku. Tiyo yang kini
telentang disampingku memejamkan matanya ketika tanganku mulai naik
turun mengocok batang zakarnya.
Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah meningkat lagi.
Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar dihadapanku
seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat. Tiba-tiba ia memutar
tubuhnya
Sehingga kepalanya kini etapt berada diselangkanganku sebaliknya
kepalaku juga tepat menghadap selangkangannya. Tiyo kembali melumat
lubang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di rongga
vaginaku. Sementara aku masih terus mengocok batang zakar Tiyo dengan
tanganku.
Kini kami berdua berkelejotan, sementara napas kami juga saling
memburu. Setelah itu Tiyo beranjak dan dengan cepat ia menindihku. Dari
kaca lemari yang terletak disebelah samping tempat tidur, aku bisa
melihat tubuh rampingku seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh Tiyo
yang tinggi besar mulai menindihku.
Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila
batinku, kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang
telanjang, dan laki-laki itu bikan suamiku.
Tiyo kembali melumat bibirku. kali ini teramat lembut. Gilanya lagi,
aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk
menggelitik rongga mulut Tiyo. Tiyo terpejam merasakan seranganku,
sementara tanganku kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan
dilepas lagi.
Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi
masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur ditubuhku dan tubuh
Tiyo. Dalam posisi itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal
mengganjal diatas perutku.
Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang
mengganjal itu adalah batang kemaluan Tiyo. Tiba-tiba kurasakan batang
zakar itu mengganjal tepat dibibir lubang kemaluanku. Rupanya Tiyo nekat
berusaha memasukkan batang penisnya kevaginaku. Tentu saja aku
tersentak.
” Tiyo.. jangan dimasukkan..! ” Kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
Aku tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus , sebab disisi hatiku
yang lain sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika
batang kemaluan yang besar itu masuk kelubang vaginaku.
” Oke.. kalau nggak boleh diamasukkan, kugesek-gesekkan dibibirnya
saja ya..? ” Jawab Tiyo juga dengan napas yang terengah-engah.
Kemudian Tiyo kembali memasang ujung penisnya tepat dicelah vaginaku.
Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakn kepala batang penis
itu menyentuh bibir vaginaku. Namun karna batang zakar Tiyo memang
berukuran super besar, Tiyo sangat sulit memasukkannnya kedalam celah
bibir vaginaku. Padahal jika aku bersetubuh denagn suamiku penis suamiku
masih terlalu kekecilan untuk ukuran lubang senggamaku.
Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan Tiyo berhasil
menerobos bibir vaginaku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung
penis yang besra itu mulai menerobos masuk.
Walaupun mulanya sedikit
perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tada tiara.
Seperti janji Tiyo, penisnya berukuran jumbo itu hanya hanya
digesek-gesekan dibibir vagina saja. Meskipun hanya begitu, kenikamatan
yang kurasa betul-betul membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang
zakar Tiyo itu luar biasa nikmatnya.
Tiyo terus menerus mamaju-mundurkan batang penis sebatas dibibir
vagina. keringat kami berdua semakin deras mengalir, semenatara mulut
kami masih terus berpagutan.
” Ayoohh.. ngoommoong saayang, giimaanna raasaanyaa..? ” Kata Tiyo tersengal-sengal.
” Oohh.. teeruuss.. Tiyoa.. teeruss..! ujarku sama-sama tersengal.
Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan
yang besar itu telah amblas semua kevaginaku. Bless, perlahan tapi pasti
abtang kemaluan yang besar itu melesak kedalam libang kemaluanku.
Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang penis Tiyo yang sangat-sangat
besar itu.
“Lohh..? Tiyoa..! Dimaassuukiin seemmua yah..? ” Tanyaku.
” Taanguung, saayang. Aku nggak tahhan..! ” Ujarnya dengan terus memompa vaginaku secara perlahan.
Entahlah,kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas
semua divaginaku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan
kenikmatan yang kini semakin tertahankan. Begitu besarnya penis si Tiyo,
sehingga lubang vaginaku terasa sangat sempit.
Sementara karna tubuhnya yang berat, batang penis Tiyo semakin
tertekan kedalam vaginaku dan melesak hingga kedasar rongga vaginaku.
Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek
dinding vaginaku.
Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Tiyo dengan menggoyang
pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul tenggelam diatas kasur
busa ditindih oleh tubuh besar dan kekearnya Tiyo. Semakin lama,
genjotan Tiyo semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak-sentak
dengan hebat. Clep.. , clep.. , clep.. , cleep.. , begitulah bunyi
batang zakar Tiyo yang terus memompa selangkanganku.
” Teerruss NTiyoa..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..! ” Erangku berulang-ulang.
Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan dalam sepuluh tahun ini.
Aku sudah tidak berpikir lagi tentang kesetiaan kepada suamiku. Tiyo
benar-benar telah menenggelamkan aku dalam gelombang kenikmatan.
Persetan, toh suamiku sendiri sudah tak bisa lagi memberikan aku
kepuasan sedahsyat dan kenikmatan seperti ini.
Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa
disekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar dibawah genjcetan tubuh
Tiyo. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih berani bibir Tiyo
dan kupeluk erat-erat.
” NTiyoa.. aakkuu.. haampiir.. oorrgaassmmee..! ” desahku ketika
hampir mencapai puncak kenikamatan. Tahu aku hampir orgasme, Tiyo
semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya
keselangkanganku.
Saat itu tubuhku semakin meronta-ronta dibawah dekapan Tiyo yang
kuat. Akibatnya, tidak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.
” Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. puuaas.! ”
Desah Tiyo.
” ooh.. aauuhh.. aakkuu.. klimaks.. NTiyoa..! ” Jawabku.
Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Tiyo,
sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan keatas
agar batang kemaluan si Tiyo dapat menancap sedalam-dalamnya.
Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas denagn sendirinya. Tiyo juga menghentikan genjotannya.
” Aku belum keluar sayang.. Tahan sebentar ya.. Aku terusin dulu..! ” Ujarnya lembut sambil mengecup pipiku.
Gila aku bisa orgasme walaupun posisiku dibawah. Padahal jika dengan
suamiku, untuk orgasme aku harus berposisi diatas dulu. Tentu saja ini
semua karna Tiyo yang ajuh lebih perkasa diabandingkan suamiku.
Walau pun usia mereka trerpaut jauh dan Tiyo jauh lebih muda. Selain
itu batan kejantanannya memang sangat luar biasa besar dan nikmat luar
biasa buat vagina perempuan.
Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Tiyo memompa terus lubang
vaginaku. Karena lelah, aku pasif saja saat Tiyo terus menggumuliku.
Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil dan ramping benar-benar
tenggelam ditindih tubuh atletis Tiyo.
Clep.. clep.. clep.. clep. Kulirik kebawah untuk melihat vaginaku
yang dihajar batang kejantanan Tiyo. Gila, vaginaku dimasuki penis
sebesar itu. Dan yang lebih gila lagi, batang zakar besar seperti itu
nikmatnya tiada terkira.
Tiyo semakin lama semakin kencang memompanya penisnya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan buah dadaku.
Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit
kembali.
Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi dari selangkanganku yang
dengan kencang dipompa si Tiyo. Maka aku balik membalas ciuman Tiyo,
semantara pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis Tiyo yang
masih perkasa menusuk-nusuk lubang vaginaku.
” Iibuu ingiin.. lagii..? ” Tanya Tiyo.
” Eehh..” Hanya itu jawabku.
Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama.
Tiba-tiba Tiyo bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku diatas, Tiyo dibawah.
” Ayoohh gaantii..! Iibu seekaarang di ataass..” Kata Tiyo.
Dengan posisi tubuh diatas Tiyo, pantatku kuputar-putar, maju-mundur,
kiri-kanan, untuk mengocok batang penis Tiyo yang masih mengacung
dilubang vaginaku. Dengan masih malu-malu aku juga ganti menjilati leher
dan puting Tiyo. Tiyo yang telentang dibawahku hanya dapat merem-melek
karna kenikmatan yang kuberikan.
” Tuuh.. biisaa kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisa.. , ” Kata
si Tiyo sambil membalas menciumku dan meremas-remas buah dadaku.
Hanya selang lima menit saat aku diatas tubuh Tiyo, lagi-lagi
kenimatan tak terkira menderaku. Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan
vaginaku kebatang penis Tiyo. Tubuhku yang ramping makin erat mendekap
Tiyo. Aku juga semakin liart membalas ciuman Tiyo.
” Nddraa.. aakuu.. haampiir.. orgasme.. laaggii.. ssaayaang..! ” Kataku terengah-engah.
Tahu kalau aku akan orgasme untuk yang kedua kalinya, Tiyo langsung
bergulung membalikku, sehingga aku kembali dibawah. Dengan napas yang
terengah-engah, Tiyo yang telah berada diatas tubuhku semakin cepat
memompa selangkanganku.
Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa disekujur tubuhku. Lalu
rasa nikmat itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Tiyo
kupeluk sekuat tenaga, sementara napasku semakin tak menentu.
” Kalau mau 0rgasmee ngomong sayang, biaar lepaass..! ” Desah Tiyo.
Karna tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengerang keras.
” Teruss.. , teruss.. , akuu.. orgasmee Tiyoa..! ” Desahku, sementara
tubuhku masih terus menggelepar-gelepar dalam tindihan tubuh Tiyo.
Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Tiyo
mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat
seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tak
bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Genjotannya di vaginaku
semakin cepat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.
” Buu.. , akuu.. , maauu.. , keluuarr sayang..! ” Erangnya tidak tertahankan lagi.
Melihat Tiyo yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin
cepat. Aku juga semakin erat memeluknya. Crot.. crot.. crot..! Sperma
Tiyo terasa sangat deras muncrat dilubang vaginaku. Tiyo memajukan
pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar
menancap sedalam-dalamnya di lubang kemaluanku. Aku merasa lubang
vaginaku terasa sangat hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari
kemaluan si Tiyo.
Gila, sperma Tiyo luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubang
vaginaku terasa basah kuyup. Bahkan karna sangking banyaknya, sperma
Tiyo belepotan hingga ke bibir vagina dan pahaku. Berangsur-angsur
gelora kenikmatan itu mulai menurun.
Untuk beberapa saat Tiyo masih menindihku, keringat kami pun masih
bercucuran. setelah itu ia berguling kesampingku. Aku termenung menatap
langit-langit kamar. Begitu pun dengan Tiyo. Ada sesal yang mengendap
dihatiku. Kenapa aku harus menodai kesetiaan terhadap perkimpoianku,
itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk perasaanku.
” Maafkan aku Bu Tika. Aku telah khilaf dan memaksa Ibu melakukan perbuatan ini ” Ujar Tiyo denagn lirih.
Aku tidak menjawab, kami berdua kembali termenung dalam alm pikiran
masing-masing. Bermenit-menit kemudian tak ada sepatah kata pun yang
keluar dari mulut kami berdua.
” Heei suadah siang lho.. ayo pulang..! ” Teriak kawan Tiyo disertai ketoak pada pintu.
Denagn masih tetap diam, aku dan Tiyo segera beranjak, berbenah lalu
berjalan keluar kamar. Tanpa kata-kata pula Tiyo mengecup bibirku saat
pintu kamar akan dibuka.
” Hayo Tiyo, kamu apain Bu Atika sampai pintunya ditutup segala ” Kelakar kawan Tiyo.
” Ah nggak apa-apa kok, kami cuma ketiduran tadi ” Jawabku degan perasaan malu. Sementara Tiyo cuma tersenyum.
Seminggu sejak kejadian itu rasa sesal masih menderaku. Tetapi
menginjak minggu kedua muncul rasa rindu pada Tiyo. Dadaku sering
berdebar-debar kalau mengingat kenikamatan luar biasa yang telah
diberikan Tiyo.
Aku selalu terbayang keperkasaan Tiyo diatas ranjang, yang itu semua
tidak dimiliki oleh suamiku yang dimakan usia. Sementara aku yang rajin
merawat tubuh malah makin ingin merasakan kenikmatan yang lebih.
Maka sejak itu aku sering jalan-jalan dengan Tiyo. Bahkan hampir
rutin sebulan 2 sampai 4 kali aku melepas hasrat pada Tiyo yang selalu
melayaniku. Dan dtiap kencan selalu saja ada hal-hal baru yang membuatku
semakin terikat oleh keperkasaannya. Saat menulis cerita ini pun
beberapa kali harus terhenti karena Tiyo dan aku sudah sangat
terangsang.






0 comments: